Ketika mendengar hanya untuk membalas, bukan untuk mengerti.



Mendengar tidak sama dengan menyimak. Ada yang paham maksud dari kata-kata itu? Kelihatannya sama dan sepele tapi efek samping dari perilaku itu besar sekali. 

Mendengar adalah kegiatan yang berhubungan dengan suara. Seringkali digunakan dalam kegiatan antar dua orang atau lebih, dapat dilakukan secara tatap muka maupun tidak. Menyimak memiliki arti yang hampir sama. Perbedaannya adalah sejauh apa kita sebagai pendengar mengetahui arti dan maksud dari kata-kata seseorang. 

Mendengar biasanya hanya sekedar lalu. Tidak perlu dipahami artinya dan berakhir jadi waktu yang terbuang untuk sekedar basa-basi. Mendengar tidak perlu konsentrasi, tidak perlu bertukar pikiran dan tidak perlu memahami maksud dari yang bercerita. Kadang mendengar hanya menghasilkan pemahaman sederhana, mengedepankan ego dan tidak benar-benar mengerti. 

Menyimak adalah kebalikannya. Menyimak berarti mendengar dengan seksama, memberi ruang dan waktu untuk memahami makna dibalik sebuah cerita. Menyimak dilakukan agar mendapat hasil dan adanya pengertian dari apa yang sedang dibicarakan. Lantas bagaimana jika seseorang hanya mendengar tanpa pernah menyimak?

Suatu cerita akan kehilangan maknanya. Suatu masalah tidak akan ada jalan keluarnya. Hubungan antara dua orang atau lebih bisa jadi terus-terusan berada di titik komunikasi yang buruk ketika mereka mendengar hanya untuk membalas, bukan untuk mengerti. Relasi mereka akan jadi berantakan karena tidak ada yang benar-benar memahami apa yang sedang terjadi. 

Menyimak tidak butuh tenaga besar, hanya butuh konsentrasi dan kemauan untuk memahami lawan bicara. Menyimak hanya butuh turunnya sebuah ego untuk merasa benar dan menang; untuk pemahaman lebih baik dari sebuah cerita seseorang. Hal sepele yang terlihat kecil tapi seringkali gagal untuk dilakukan. 

Apa jadinya ketika aku menjadi si pencerita? Ketika aku menyadari bahwa ceritaku hanya didengar, tanpa disimak. Keluh kesahku menjadi angin lalu yang tidak ada jalan keluarnya. Disitulah aku belajar mengerti, bahwa tidak semua orang mau menurunkan egonya untuk menerima sesuatu yang berbeda dengan apa yang mereka ingini atau mereka percaya. Aku belajar memahami bahwa kadang tidak ada hal yang bisa didiskusikan kembali bukan karena tidak ada bahan pembicaraan, tapi karena tidak semua orang mampu mendengar dan menyimak dengan intensi yang baik. 

Aku yang akan menurunkan egoku untuk dipahami. Aku yang akan menurut dan akhirnya menjauh, menghabiskan waktu tanpa perlu bertukar cerita. Ya, aku yang akan jadi sediam itu.

Lalu ketika aku yang mendengarkan? Maka aku akan membuka hati, dan telingaku untuk mendengar lebih baik, untuk memahami cerita lebih dalam, untuk mampu melihat semua dari sisi lainnya, agar tidak jadi orang yang kaku. Sebagai pendengar, aku akan diam ketika tidak diminta saran, dan memberikan saran terbaik ketika diminta. Aku akan memahami tahap demi tahap dari apa yang dipermasalahkan lalu mempercayakan keputusan akhir padanya, tanpa memaksa jalan pikiranku. 

Pada akhirnya, tidak ada yang bisa mengendalikan orang lain di luar diri sendiri. Maka itu, perkuatlah hatimu ketika keluhmu mulai dianggap semu. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer