Ketika air susu dibalas dengan air kopi, pahit.



Judulnya agak personal ya haha karena isinya memang bakal jadi personal. Seumur-umur, aku nggak pernah nyangka orang yang pernah aku sanjung sedemikian rupa, yang pernah ku kuatkan, yang juga pernah jadi kekuatanku, ternyata orang yang paling menyakiti ku paling dalam. Kenapa? Karena dia memberikan luka tambahan ketika dia tau aku sudah punya luka. Lalu aku gimana? Aku sempat bersikeras menahan amarah dan memberinya kesempatan, aku sempat mengabaikan jawaban yang Tuhan kasih hanya karena 'cinta', dan akhirnya, Tuhan memberikan aku wake up call lebih dari yang aku butuhin. Mungkin Tuhan udah mbatin 'cek ndablek'e kamu nduk' 😂

Aku ngerasa, wajar kok kalo pasangan lagi selingkuh, pasti yang keluar dari mulutnya adalah tipu-tipu janji manis ke cewe barunya, tapi ketika tau justru yang dia jual adalah 'kejelekkan ku' yang dia buat sendiri, waaaaah cari perkara sih itu namanya. Ngejelek-jelekin seseorang sama membicarakan fakta jelek tentang seseorang itu dua hal yang berbeda loh. Ketika dia buka mulut, mengeluarkan semua imajinasinya tentang aku, dia murni ngejelekin aku. Yang lebih merinding, ada loh perempuan yang menelan habis semua cerita itu, tanpa peduli apa itu imajinasi atau fakta. Perempuan keras kepala yang -entahlah- sudah diperingati tapi masih mau main api. Biarkan saja, bukan urusanku. 

Yang jadi urusanku, ketika masa lalu diubah sedemikian rupa hanya untuk menjadikan dia sebagai korban dan aku sebagai penjahat. Aku nggak pengen mengklarifikasi apapun ke yang bersangkutan, karena paling bahaya adalah pembohong yang percaya dengan kebohongannya sendiri. Aku cuma pengen menuangkan apa yang mengganjal di hatiku. 

Bagaimana bisa, orang yang pernah jadi tersayang malah jadi terbangsat? Bagaimana bisa, orang yang kita percaya dengan sejuta rahasia kita malah menjadikan rahasia itu sebagai bumerang untuk menyerang di kemudian hari? Ya, banyak pertanyaan tentang bagaimana bisa yang mungkin tidak akan pernah ada jawabannya. 

10 tahun terakhir, aku percaya, di dalam sana, hanya ada anak laki-laki yang mungkin terluka di masa kecilnya. Tapi, aku juga punya luka kok, itu nggak ngebuat aku jadi penebar luka buat orang lain. Sedangkan dia, dengan sengaja melakukan hal-hal yang dia tau pasti aku akan terluka, selingkuh misalnya. Dia jadi bukti hidup bahwa nggak semua orang yang punya luka itu tau diri; ada yang dengan sengaja ngasih luka ke orang lain, lebih ke nggak peduli sama orang lain.

'Apa kamu tidak bisa move on?' pertanyaan sialan yang dilontarkan orang sialan juga haha Move on sudah, jalur ilfeel malah. Tapi coba dibayangkan nih, 10 tahun membela manusia yang jelas-jelas nyakitin kita, menutup telinga soal semua kemungkinan tentang dia (hanya karena dia bikin 'percaya' bahwa dia yang terbaik), dan endingnya masih dijadikan penjahat dalam cerita karangannya. Duh, bisa ngerasain nggak geregetannya aku? 

Belum lagi, ada tanggung jawab yang enggan dia pikul, entah alasannya apa. Image yang dia bangun, seolah-olah dia seorang ayah penuh kasih tapi nyatanya, kehadirannya dalam kehidupan anak tergantung dengan mood dia. Mungkin disana dia menjual kisah seolah aku yang menahan pertemuan mereka, tapi dulu ketika satu kota pun, mana ada dia mencari anaknya. 

Aku ikhlas, insyaallah aku ikhlas lilahi ta'ala. Tidak ada keinginan untuk kembali, memperbaiki hubungan apapun yang tersisa juga tidak lagi terlintas di kepalaku. Rasa kecewa yang menumpuk, memaksa untuk dikeluarkan, daripada jadi bom waktu dan membawaku kembali berkunjung ke psikiater (duh dia yang 'sakit' tapi aku yang berobat) 

'Kamu nulis ini kan juga ngejelekin dia.' Semua yang ku tulis berdasar fakta, omongan yang keluar dari mulutnya pun ada saksinya. Kejelekan dia yang menahun, ku tahan habis-habisan ketika masih bersama, kenapa? Karena perempuan punya kecenderungan menjaga nama baik pasangannya, padahal pasangannya ngobral 'kejelekan' perempuan dimana-mana. Aku nulis ini, untuk jadi pengingat, bahwasanya aku pernah jadi yang terbaik untuk orang paling bejat. Meninggalkan dia dan semua mimpi masa depan kami, bukanlah kekalahan buatku. Paling tidak, aku pernah jatuh cinta dengan orang buruk, maka aku yakin, aku akan bisa lebih jatuh cinta dengan orang baik.

Dari dia, aku belajar bahwa jangan jatuh cinta dengan segala kemungkinan yang hanya mungkin. Dari dia, aku belajar bahwa lebih baik kesepian tapi damai daripada berdua tapi kacau. Dari dia, aku belajar bahwa kadang tidak ada pengalaman baik yang bisa dikenang, karena orang yang memberi kenangan bukanlah orang baik. 

Silakan saja, hidup dengan imajinasi yang bisa kamu percaya, tidak apa, aku tau kamu butuh itu untuk meyakini hidupmu tidak sesuram yang kamu pikir. Silakan saja, menjadikan aku penjahat untuk kamu terlihat sebagai korban, time will tell, always. 

Komentar

  1. Youre so strong bebb❤️

    BalasHapus
  2. Seperti 'nyata' isi tulisan nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. insyaallah tidak ada yang dilebihkan atau dikurangi, sesuai dengan porsi 'nyata'nya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer